Minggu, 07 Agustus 2011

Cuplikan Kisah Tidak Teladan : Musuhku adalah Diriku

Awalnya, kauucapkan kalimat itu dengan bahasa yang cukup susah dimengerti orang dewasa sekalipun dan mungkin hanya beberapa dari mereka yang paham maksudmu. Di luar batas dugaanku, kaucoba jelaskan dengan lugas. Akhirnya aku mengerti, terkejut, berbunga (Red: emang mawar?) campur sedih dan entah apalah namanya. Karena pada saat itu pula, aku harus mulai belajar apa arti ridho orang tua yang dalam firman-Nya merupakan ridho-Nya.

Anehnya, mengapa kita membiarkan harapan itu tetap ada dengan segala sifat semunya seakan kuat padahal lemah. Ya, seakan sekuat besi padahal selemah ranting kayu yang telah lapuk, yang siap patah kapan saja ketika ia jatuh.
Aku mencoba berunding dengan akal sehatku, dan aku menyimpulkan bahwa seharusnya aku segera menutup cerita ini dalam sepotong episode. Tapi lagi-lagi kita sama-sama tak mampu menutupnya. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, namun menegaskan saja aku tak mampu. Sungguh, musuhku adalah DIRIKU sendiri. Diriku sendiri yang membiarkan hatiku susah kukenali dan beberapa kali ragaku melarikan diri ke toilet. (Red: apa hubungannya?). 

Tentu ada hubungannya! Karena apa???
Karena aku telah marah-marah kepada wastafel di toilet itu, melemparinya dengan pertanyaan-pertanyaan, mengapa aku harus membodohi akal sehatku dan kau harus mengeluarkan kalimatmu, Mengapa? Mengapa aku plin-plan? Mengapa aku kalah dengan diriku?. Aku marah-marah sepuasku karena aku memang sendiri di depan wastafel itu. Tapi apa kata wastafel?

Katanya, “Sesungguhnya dia yang marah adalah dia yang lemah. Karena hanya orang yang lemah lah yang tak mampu membawa dirinya untuk tetap dalam batas kendalinya.”.
Aku hanya mengangguk tanpa perlawanan kepada si wastafel itu, karena apa? tentu saja karena aku ingin layak dibilang masih. Ya, sebab orang waras pasti bicara pada orang, bukan pada wastafel.

Aku tidak ingin menyaksikan kebodohan diriku itu lama-lama di depan kaca wastafel, jadi aku memutuskan untuk segera keluar dari toilet itu.
Innallahama’ashobirin...Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar.
Ya, inilah aku yang baru belajar praktek tentang sabar, yang mungkin ada 4 sks. insyaAllah lulus dengan predikat sangat memuaskan.

Perlahan aku mulai paham , perdetik aku mulai mengerti dengan ditunjukkannya akun fb yang terblokir. Aku ingat, itu janji yang akan kautepati jika pada waktunya kau tak tega melihat status-statusku bermunculan. Salam Ingat, Wahai jiwa yang menepati janji... 

Aku beri jempol untuk diriku sendiri karena aku tak mungkin memberi jempol pada akun terblokir itu.
Ini keputusan yang sangat valid, terkalibrasi dan mendapat akreditasi dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Pengawuran Tinggi).  

Maaf jika ada kesalahan, karena saya hanyalah manusia biasa yang kebetulan bernama Titi, yang kadang bikin seneng, kadang bikin sebel, kadang bikin nasi liwet.
Trima kasih banyak, sebanyak bayi di dunia.

Note : tulisan ini saya persembahkan untuk semua hamba Allah yang telah menyebabkan saya ingin tinggal lama di bumi. Terutama, teman-teman yang kurang bahan bacaan, meong, jangkrik, dkk.   

Serpong, (sepertinya tanggal) 6 Agustus 2011