Jumat, 13 April 2012

Pu-239 (a film by Scott Z. Burns)

Film ini nuklir banget...

Timofey Berezin (Paddy Considine), seorang pekerja pabrik nuklir di Rusia, terkena radiasi dengan dosis berat mencapai 1000 rem. Diberhentikan dari tempat kerjanya tanpa mendapatkan pesangon atau kompensasi yang layak karena pimpinannya yang mengelak bahwa Timofey menerima dosis 1000 rem, dan menganggap Timofey hanya menerima dosis 100 rem. Timofey kebingungan bagaimana dia dapat menghidupi istri, Marina (Radha Mitchell) dan anaknya, Tolya yang masih berusia 7 tahun. Putus asa, Timofey pun nekad mencuri Pu-239 (plutonium) yang merupakan isotop yang dapat digunakan untuk membuat bom nuklir. Dia berbohong kepada istrinya bahwa dia mendapatkan panggilan kerja di Moskow, padahal dia ingin menjual Pu-239 curiannya itu dengan harapan dapat mendapatkannya dengan harga yang tinggi.

Di Moskwa, Shiv (Oscar Isaac), seorang kriminal tanggung, juga berupaya mencari uang untuk anaknya dan juga memenangkan kembali ibu dari anaknya. Segala gerak-gerik Shiv sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia tega melakukan kejahatan yang direncanakannya bersama-sama dengan dua kriminal lainnya. Atas kesalahan yang mereka lakukan, Shiv harus membayar ganti rugi kepada bos mafia di Moskwa, Tusk, dalam jangka waktu sehari. Apabila tidak mampu membayar, maka nyawa Shiv akan melayang.

Kedua laki-laki putus asa ini, Shiv dan Timofey, bertemu secara tidak sengaja di sebuah pasar di Moskwa, di mana Timofey dengan pasrahnya mempromosikan Pu-239 kepada Shiv, preman pasar yang mencoba mengusirnya. Awalnya Shiv menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh Timofey adalah omong kosong belaka. Namun, karena dia juga sedang dalam keadaan terdesak dan butuh uang secepatnya, maka ia 'membantu' Timofey untuk menjual plutonium tersebut. Transaksi demi transaksi dilakukan hanya untuk mendapatkan bogem mentah di muka Shiv. Mereka berdua pun semakin putus asa dan hampir menyerah.
Bahkan ketika mereka sedang menemui seorang penjahat yang akan membeli plutonium itu, Shiv justru mendapati istrinya menjadi "pelayan" penjahat yang sedang main tenis itu. Shiv hancur luar dalam sementara Timofey berjalan pergi dengan badan lemahnya. Shiv mengejar Timofey dan tetap memaksa Timofey untuk "berjuang" menjual Plutonium itu kepada orang lain yang juga penjahat.
Namun sesampai mereka di tempat pesta penjahat yang hendak membeli plutonium itu, Shiv justru ditembak mati oleh penjahat itu. Timofey yang mengaku hanya pengunjung pestanya lolos takterbunuh dan menyeret mayat Shiv dengan lemah. Ketika timofey berjalan lemah dengan kata2 "aku harus pulang kerumah" ada 2 preman kejam yang memaksa mengajaknya. Timofey tak menghiraukannya dan akhirnya ia tertembak mati. Dua penjahat itu merampas tas timofey, memeriksa tubuh Timofey dan mendapatkan selongsong silinder kecil didadanya. Mereka menertawakan tas Timofey yang berisi kupu-kupu dalam kotak kado yang akan diberikan untuk anak tercinta Timofey.
Mereka lalu penasaran dengan silinder yang dirampasnya dari Timofey, lalu membukanya yang tiba-tiba tumpah serbuk putih ke meja. Mengira serbuk itu adalah shabu, mereka dengan segera menghirup dan menelan serbuk itu. Namun malang, serbuk itu adalah Plutonium-239.

Waktu sudah hampir habis dan tanpa sadar film ini sudah berakhir. Jangan mengharapkan akhir yang riang gembira atau disematkannya tanda jasa bagi kedua laki-laki itu. Yang jelas, film ini akan membuat penonton, meskipun mungkin sedikit kecewa dan mengutuk, juga akan menemukan suatu bahan renungan bahwa dalam melakukan atau mengambil suatu keputusan, kita harus melihat dampaknya tidak hanya kepada orang-orang terdekat, tapi kepada seluruh dunia.

Timofey dan Shiv dipertemukan oleh takdir, sebagai dua sosok ayah yang sangat mencintai anak mereka masing-masing yang masih kecil. Dua figur orangtua yang putus asa memikirkan bagaimana memberikan masa depan yang cerah bagi anak-anaknya. Namun, ternyata prinsip i'd trade the world for you rasanya tidak ada di dalam film ini, atau setidaknya, dalam kasus Timofey tidak terwujud dengan sempurna. Dia mengetahui dengan pasti bahwa menjual Pu-239 di black market bukanlah solusi yang tepat bagi masalahnya, terlebih dia juga menyadari bahwa memberikan bahan bom nuklir ke tangan yang salah, demi menghidupi keluarganya, sama saja dengan membunuh mereka. Sebesar apapun cinta Timofey kepada anak dan istrinya, ia tidak sanggup menukar kedamaian dunia untuk mereka. Kedamaian dunia? Utopis? Tapi, tidak ada salahnya bukan untuk berharap dan bermimpi? Selain itu, dalam lubuk hatinya, Timofey juga pasti percaya bahwa istri dan anaknya akan berupaya sekuat mungkin untuk bertahan hidup. Siapa tahu mereka akan membuat dunia menjadi lebih baik?

Film ini hanya berdurasi 97 menit dan sarat akan adegan serta ekspresi yang mengharukan dan dialog yang indah namun sedikit membingungkan he he. Meskipun kehadiran dua kriminal, rekan Shiv, kerap memancing gelak tawa. Sedikit aneh memang film ini karena membagi porsi komedi, kekerasan, dan kesedihan. Seperti di saat merasakan yang satu, penonton seperti merasa bersalah karena tidak merasakan emosi yang lain. Film yang aneh tetapi sayang untuk dilewatkan begitu saja, menurut saya.

"The Half Life of Timofey Berezin" disutradarai oleh Scott Z. Burns, berdasarkan cerita pendek karangan Ken Kalfus berjudul 'Pu-239' dari buku "Pu-239 and Other Russian Fantasies".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar