Dalam
ekosistem kehidupan anak, keluarga seharusnya menjadi unsur yang paling banyak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dan
karakter anak
karena memiliki lebih banyak waktu interaksi. Melalui interaksi dan komunikasi
diantara anggota keluarga maka ikatan emosional dapat ditingkatkan sehingga energi positif dapat mudah
ditularkan dan dibangun. Sebagai contoh orangtua perlu menanamkan sifat, sikap
dan perilaku yang positif dan sesuai norma-norma yang berlaku sehingga anak mudah dalam
bersosialisasi di masyarakat.
Perilaku anak yang sejuk
dipandang, sopan dan diterima dalam norma yang berlaku di masyarakat tidak
muncul dengan sendirinya, melainkan perlu diajarkan, dicontohkan dan dibiasakan
sejak dini. Perilaku baik yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari
misalnya perilaku jujur, sopan, pemaaf, tanggungjawab, berempati, berterima
kasih dan bersyukur. Anak yang jujur mau mengatakan sebenarnya apa yang
diketahuinya. Anak yang pemaaf tidak akan mudah marah dan membalas dendam. Anak
yang bertanggungjawab akan mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Anak yang
berempati akan mudah bertenggang rasa kepada orang lain dan suka menolong. Anak
yang yang dapat berterima kasih akan menyatakan rasa terima kasihnya melalui
perkataan kepada orang lain. Pribadi yang bersyukur akan senang melihat dirinya
sebagai ciptaan Tuhan dan apapun yang telah diberikan oleh Tuhan.
Untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi dengan anak, baca juga: Attachment Parenting Utamakan Kedekatan Ibu dan Anak.
ASI: Bukan hanya tentang Pemberian Nutrisi.
Dukungan Nabi Atas Pentingnya Pemberian ASI.
Orang
tua perlu memberi motivasi kepada anak untuk meraih cita-cita, pentingnya
pendidikan, dan menjadi orang yang mandiri dan
bermanfaat kelak. Tidak perlu memaksakan kehendak kepada anak harus menjadi apa
di masa datang karena orangtua sejatinya tidak tahu sebenarnya potensi apa yang
ada pada anaknya. Banyak jalan menuju kesuksesan, tidak melulu dengan jurusan
pendidikan tertentu saat nanti masuk kuliah. Namun memberi saran dan
mengarahkan sesuai kemampuan anak tentu sangat disarankan, misalnya memberi
gambaran peluang dan tantangan di setiap jurusan yang dipilih anak.
Orang
tua juga perlu melatih kemandirian anak misalnya dengan mengajari menyiapkan
perlengkapan sekolahnya sendiri. Perlu menanamkan pemahaman bahwa kesuksesan
didapat dengan usaha dan jerih payah, tidak ada yang instan. Ketika mendapat
Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah, biarlah anak menyelesaikannya sendiri tapi
orangtua memantau. Ketika ada kesulitan, maka selanjutnya disinilah latihan
pantang menyerah, biarkan anak berusaha mencari pemecahannya. Perlu ditanamkan bahwa
pasti ada hikmah di setiap usaha, sering mencoba akan melahirkan caranya
sendiri. Jika kita sering mendampingi anak belajar di rumah, maka kita akan
tahu sejauh mana kemampuan anak sehingga kita bisa membantunya memecahkan
masalah pada saat yang tepat, misalnya saat anak benar-benar menyerah. Ketika
kita membantu di saat anak sudah merasa kesulitan, maka dia akan lebih memperhatikan
karena sudah diliputi rasa ingin tahu.
Sesekali
melibatkan anak dalam pekerjaan orangtua juga dapat membuat anak mengerti
perjuangan orangtua. Meskipun orang tua mudah dan tidak keberatan dalam
membiayai anaknya, membuat anak mengerti darimana biaya sekolah, dapat melatih
rasa tanggungjawab anak. Perlu menanamkan pemahaman kepada anak bahwa bekal
hidup bukanlah harta yang melimpah, melainkan ilmu yang berguna. Sebanyak
apapun harta, dapat hilang dan lenyap. Tetapi ilmu dibawa kemanapun bahkan
tidak ada yang bias mencurinya. Itulah mengapa menuntut ilmu setinggi-tingginya
tidak akan merugi. Interaksi antara anak dan orangtua pada aktivitas anak
dan aktivitas orang tua dapat menciptakan sahabat dalam keluarga yang didalamnya
ada hubungan saling terbuka dan percaya.
Baca juga : Membentuk Karakter Positif Anak Lewat 4 Sifat Rasulullah
Sebaliknya,
orangtua pun
juga perlu mendapat edukasi dan wawasan dalam mengantar kesuksesan pendidikan
anaknya. Tak sedikit orangtua yang kurang peduli atau tidak tahu dengan capaian
prestasi anaknya bahkan pentingnya jenjang pendidikan untuk anaknya. Ketika
orangtua mengajarkan kerja keras dan pantang menyerah kepada anaknya, tentu
saja harus dibarengi dengan keteladanan orangtuanya. Oleh karena itu membuka wawasan orangtua sangat diperlukan. Hal ini bisa ditempuh dengan
cara menghadirkan para orang tua/wali dalam seminar atau kelas orang tua/wali
dan pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan maupun
masyarakat. Ini
menjadi hal yang semakin penting terlebih di era perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang memberikan tantangan dalam pendidikan anak. Segala
informasi dapat masuk dari segala arah tanpa pandang bulu terhadap anak
sekalipun sehingga keluarga, satuan pendidikan, dan juga masyarakat harus
menjadi filter
dalam memilah informasi positif dan negatif. Orang
tua juga harus mengikuti perkembangan teknologi sehingga tidak kalah dari
anaknya agar bisa membimbing dalam pemanfaatan teknologi. Karena teknologi
mempunyai sisi positif dan negatif tergantung bagaimana cara memanfaatkannya.
Fasilitas internet dapat bermanfaat untuk mencari literatur tapi juga dapat
menjerumuskan pada konten-konten yang tidak baik seperti pornografi, sarkasme
dan intoleransi.
Titik
balik dari era kekinian dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
adalah dengan memanfaatkan teknologi itu untuk sebanyak mungkin manfaat yang
bisa didapat. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah selayaknya
dimanfaatkan untuk mendongkrak keberhasilan pendidikan. Sinergitas antara keluarga,
satuan pendidikan dan masyarakat dapat ditingkatkan. Dan karena keluarga
memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan pendidikan, maka
pemerintah menetapkan peraturan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Pelibatan Keluarga Pada
Penyelenggaraan Pendidikan. Pelibatan keluarga yang dimaksud adalah proses
dan/atau cara keluarga untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara Satuan Pendidikan,
Keluarga, dan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan; mendorong
Penguatan Pendidikan Karakter Anak; meningkatkan kepedulian Keluarga terhadap
pendidikan Anak; membangun sinergitas antara Satuan Pendidikan, Keluarga, dan
Masyarakat; dan mewujudkan lingkungan Satuan Pendidikan yang aman, nyaman, dan
menyenangkan. Dalam
peraturan itu memberikan panduan bahwa bentuk
Pelibatan Keluarga pada Satuan Pendidikan dapat berupa :
Yang
pertama, menghadiri pertemuan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan tentu sudah pasti. Misalnya pertemuan
wali murid untuk membahas kegiatan yang menunjang pendidikan anak dan meningkatkan
komunikasi diantara orangtua/wali, pihak sekolah dan komite sekolah. Di era sekarang mungkin komunikasi dapat
ditingkatkan dengan secara daring (online)
melalui aplikasi media social (misalnya group whatsapp, line, atau BBM). Orangtua/wali dapat mengetahui
informasi terkini pendidikan anaknya dengan sangat praktis, mudah, dan efisien.
Tidak hanya pihak sekolah yang menjadi moderator dalam group ini, tetapi juga
perlu dari pihak orangtua/wali.
Baca juga: Pentingnya Membangun Komunikasi yang Efektif Orangtua-Sekolah
Yang
kedua, mengikuti kelas
orangtua/wali, ini perlu ditingkatkan. Orangtua/wali perlu mendapat pengetahuan
dan wawasan menjadi orang tua/wali yang dapat mendorong pendidikan anak melalui
seminar atau kelas orang tua. Tantangannya adalah seringkali orangtua/wali tidak
banyak waktu untuk mengikutinya secara rutin terutama bagi orangtua/wali yang
bekerja. Namun di era saat ini sudah ada kelas orangtua online yang dapat
digunakan secara gratis dan mudah. Misalnya, dapat menggunakan aplikasi Edmodo, google classroom, atau aplikasi lainnya. Guru yang ditunjuk sekolah
sebagai admin dapat memberikan materi secara online.
Yang
ketiga, menjadi narasumber dalam kegiatan di Satuan Pendidikan, perlu
ditingkatkan. Jadi perlu kadang kala orang tua/wali tampil mengisi kegiatan di
sekolah anak. Latar belakang yang berbeda-beda dari orang tua/wali dapat
menjadi bahan untuk memperluas wawasan. Untuk orangtua/wali yang tidak bisa
datang ke sekolah tetap bisa menjadi narasumber menggunakan fitur video call. Hampir semua media social
sekarang mempunyai fitur video call dengan
kualitas cukup baik. Sekolah perlu menghubungkan smartphone ke layar LCD menggunakan HDMI/USB adapter sehingga siswa dapat mendengarkan bersama-sama.
Baca juga atau unduh : Buku Saku Mendidik Anak dari Pustaka Sahabat Keluarga
Yang keempat, berperan
aktif dalam kegiatan pentas kelas akhir tahun pembelajaran, ini sudah banyak dikembangkan.
Pada akhir tahun pembelajaran, ada waktu untuk kegiatan pentas kelas. Orang tua
terlibat dalam mendukung penyiapan dan juga menyaksikan pentas anak-anaknya. Misalnya,
menyanyikan lagu kebangsaan,memainkan alat music, menari, dan pertunjukkan
lainnya tergantung bakat anak. Saat pertunjukkan berlangsung, orangtua dapat
mendokumentasikannya melalui rekaman video. Selanjutnya orangtua juga bisa
menampilkan hasil video dokumentasinya pada chanel
di youtube.
Yang kelima,
berpartisipasi dalam kegiatan kokurikuler, ekstra kurikuler, dan kegiatan lain
untuk pengembangan diri Anak. Kecerdasan manusia tidak hanya dilihat dari kecerdasan
intelektual saja, tetapi juga dari kecerdasan emosional, kreativitas, dan
religius. Untuk mengasah beberapa kecerdasan ini tentu tidak terakomodasi dengan
proses pembelajaran di kelas saja. Umumnya di kelas hanya mengutamakan
pembelajaran kemampuan logis dan matematis. Padahal setiap anak dilahirkan
mempunyai potensi yang beragam sehingga harus diasah sesuai minat dan bakatnya
melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Orangtua/wali dapat berperan
dengan menfasilitasi kebutuhan anak untuk itu, baik peralatan mapun kebutuhan
lainnya.
Yang keenam, bersedia
menjadi anggota Komite Sekolah. Komite sekolah berfungsi untuk meningkatkan
mutu pelayanan pendidikan di sekolah melalui pengawasan kinerja sekolah,
serta menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik,
orangtua/wali, dan masyarakat. Jadi orangtua/wali sudah seharusnya bersedia
menjadi anggota untuk berperan sebaik mungkin.
Yang ketujuh, aktif dalam
kegiatan yang diselenggarakan oleh Komite Sekolah. Orangtua/wali
dapat menyampaikan usulan dalam lembaga mandiri ini secara terbuka, misalnya
tentang program dan kebijakan sekolah, pemenuhan fasilitas sekolah, dan
lainnya. Untuk berperan maksimal sesuai fungsinya, orangtua/wali perlu
mengetahui Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah.

Rapat Komite dan Orang Tua Siswa SMA NEGERI 2 UNGARAN
Courtesy of Mas Supri
Kedelapan, keluarga menjadi
anggota tim pencegahan kekerasan di Satuan Pendidikan. Untuk meningkatkan
penyelenggaraan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan perlu upaya
pencegahan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan. Dalam menjalankan
fungsinya sebagai pencegahan, maka seharusnya peran proaktif sanggat
diharapkan. Misal menyaksikan ada hal yang berisiko, jangan diam, tapi laporkan
dan sampaikan kepada Komite Sekolah. Jika menemukan hal berisiko di lingkungan
juga laporkan dengan RT/ RW setempat. Jadi
pencegahan adalah upaya yang efektif untuk menghindari terjadinya kekerasan
pada anak. Dalam menjalankan fungsinya, anggota tim perlu mengetahui Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Kesembilan, keluarga berperan
aktif dalam kegiatan pencegahan pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Keluarga yang
berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak sudah seharusnya berperan aktif
memberikan pemahaman nilai-nilai agama dan pengamalan nilai luhur pancasila. Keluarga
adalah yang paling memahami fungsi pengawasan. Kapan dan dimana anak berada
termasuk celah-celah yang berisiko tentu keluargalah yang tahu. Pengawasan
orang tua terhadap anak sangat penting karena kepolisian tidak bisa masuk
hingga keluarga. Di era sekarang untuk memantau kegiatan anak dapat terbantu
oleh teknologi informasi dan komunikasi. Orangtua/wali bisa melacak keberadaan
anak melalui nomor handphone yang dihubungan dengan GPS tracker. Penggunaan CCTV di rumah yang terhubung online
ke handphone
orangtua juga dapat membantu memantau apa saja yang terjadi di rumah. Tentu
saja dengan mempertimbangkan keprivasian.
Baca juga: Drone Parenting, Pola Asuh Orangtua Milenial.
Kesepuluh, keluarga memfasilitasi dan/atau berperan dalam kegiatan
Penguatan Pendidikan Karakter Anak di Satuan Pendidikan. Akhir-akhir ini sedang
ramai bahasan tentang program penguata pendidikan karakter untuk
membentuk generasi yang cerdas berkarakter. Mengapa ada kata
"penguatan" disini? Menurut saya memang perlu karena memang melihat
karakter bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini terlihat merosot baik dari nilai
religius, mandiri, integritas, nasionalis, dan gotong royong. Penguatan
pendidikan karakter sejatinya dilakukan melalui pendidikan di satuan
pendidikan/sekolah berasas olah hati, olah rasa, olah karsa, dan olah raga.
Namun begitu, penguatan pendidikan karakter anak dapat dilakukan sejak dini
dimulai dari keluarga dan selama di sekolah. Misalnya memupuk keimanan
kepada Tuhan sebagai insan beragama dengan melaksanakan perintahNya dan
menjauhi laranganNya sejak dini. Dalam penguatan pendidikan karakter anak di satuan
pendidikan, contoh peran keluarga adalah mendukung gerakan membaca buku
non-pelajaran di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Di era yang modern ini
keluarga bisa saja memfasilitasi dengan buku bacaan maupun buku yang sudah
diunduh dari online book.
Baca juga : Kumpulan Cerita Pendek untuk Anak dari Sahabat Keluarga
Kumpulan Lagu Wajib dan Daerah dari Sahabat Keluarga.
Demikian, tentang pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan di era
kekinian. Semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya
tingkat pendidikan generasi ke generasi, sudah sepantasnya pelibatan keluarga
semakin banyak caranya. Banyak yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk
mendorong keberhasilan pendidikan anaknya. Pemerintah melalui kementrian
pendidikan dan kebudayaan sudah menyiapkan bahan-bahannya di "sahabat
keluarga" #sahabatkeluarga. Website resmi Kemendikbud itu
memberikan pendidikan orang tua untuk anak-anaknya. Keluarga pun bisa
berkomunikasi secara terpadu lewat pendidikan bimbel keluarga. #sahabatkeluarga
Daftar referensi:
sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
www.kemdikbud.go.id
Dalam ekosistem kehidupan anak, keluarga seharusnya menjadi unsur yang paling banyak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri dan karakter anak karena memiliki lebih banyak waktu interaksi. Melalui interaksi dan komunikasi diantara anggota keluarga maka ikatan emosional dapat ditingkatkan sehingga energi positif dapat mudah ditularkan dan dibangun. Sebagai contoh orangtua perlu menanamkan sifat, sikap dan perilaku yang positif dan sesuai norma-norma yang berlaku sehingga anak mudah dalam bersosialisasi di masyarakat.
Perilaku anak yang sejuk dipandang, sopan dan diterima dalam norma yang berlaku di masyarakat tidak muncul dengan sendirinya, melainkan perlu diajarkan, dicontohkan dan dibiasakan sejak dini. Perilaku baik yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya perilaku jujur, sopan, pemaaf, tanggungjawab, berempati, berterima kasih dan bersyukur. Anak yang jujur mau mengatakan sebenarnya apa yang diketahuinya. Anak yang pemaaf tidak akan mudah marah dan membalas dendam. Anak yang bertanggungjawab akan mengetahui apa yang menjadi kewajibannya. Anak yang berempati akan mudah bertenggang rasa kepada orang lain dan suka menolong. Anak yang yang dapat berterima kasih akan menyatakan rasa terima kasihnya melalui perkataan kepada orang lain. Pribadi yang bersyukur akan senang melihat dirinya sebagai ciptaan Tuhan dan apapun yang telah diberikan oleh Tuhan.
Untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi dengan anak, baca juga: Attachment Parenting Utamakan Kedekatan Ibu dan Anak.
ASI: Bukan hanya tentang Pemberian Nutrisi.
Dukungan Nabi Atas Pentingnya Pemberian ASI.
Orang
tua perlu memberi motivasi kepada anak untuk meraih cita-cita, pentingnya
pendidikan, dan menjadi orang yang mandiri dan
bermanfaat kelak. Tidak perlu memaksakan kehendak kepada anak harus menjadi apa
di masa datang karena orangtua sejatinya tidak tahu sebenarnya potensi apa yang
ada pada anaknya. Banyak jalan menuju kesuksesan, tidak melulu dengan jurusan
pendidikan tertentu saat nanti masuk kuliah. Namun memberi saran dan
mengarahkan sesuai kemampuan anak tentu sangat disarankan, misalnya memberi
gambaran peluang dan tantangan di setiap jurusan yang dipilih anak.
Orang
tua juga perlu melatih kemandirian anak misalnya dengan mengajari menyiapkan
perlengkapan sekolahnya sendiri. Perlu menanamkan pemahaman bahwa kesuksesan
didapat dengan usaha dan jerih payah, tidak ada yang instan. Ketika mendapat
Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah, biarlah anak menyelesaikannya sendiri tapi
orangtua memantau. Ketika ada kesulitan, maka selanjutnya disinilah latihan
pantang menyerah, biarkan anak berusaha mencari pemecahannya. Perlu ditanamkan bahwa
pasti ada hikmah di setiap usaha, sering mencoba akan melahirkan caranya
sendiri. Jika kita sering mendampingi anak belajar di rumah, maka kita akan
tahu sejauh mana kemampuan anak sehingga kita bisa membantunya memecahkan
masalah pada saat yang tepat, misalnya saat anak benar-benar menyerah. Ketika
kita membantu di saat anak sudah merasa kesulitan, maka dia akan lebih memperhatikan
karena sudah diliputi rasa ingin tahu.
Sesekali
melibatkan anak dalam pekerjaan orangtua juga dapat membuat anak mengerti
perjuangan orangtua. Meskipun orang tua mudah dan tidak keberatan dalam
membiayai anaknya, membuat anak mengerti darimana biaya sekolah, dapat melatih
rasa tanggungjawab anak. Perlu menanamkan pemahaman kepada anak bahwa bekal
hidup bukanlah harta yang melimpah, melainkan ilmu yang berguna. Sebanyak
apapun harta, dapat hilang dan lenyap. Tetapi ilmu dibawa kemanapun bahkan
tidak ada yang bias mencurinya. Itulah mengapa menuntut ilmu setinggi-tingginya
tidak akan merugi. Interaksi antara anak dan orangtua pada aktivitas anak
dan aktivitas orang tua dapat menciptakan sahabat dalam keluarga yang didalamnya
ada hubungan saling terbuka dan percaya.
Baca juga : Membentuk Karakter Positif Anak Lewat 4 Sifat Rasulullah
Baca juga : Membentuk Karakter Positif Anak Lewat 4 Sifat Rasulullah
Sebaliknya,
orangtua pun
juga perlu mendapat edukasi dan wawasan dalam mengantar kesuksesan pendidikan
anaknya. Tak sedikit orangtua yang kurang peduli atau tidak tahu dengan capaian
prestasi anaknya bahkan pentingnya jenjang pendidikan untuk anaknya. Ketika
orangtua mengajarkan kerja keras dan pantang menyerah kepada anaknya, tentu
saja harus dibarengi dengan keteladanan orangtuanya. Oleh karena itu membuka wawasan orangtua sangat diperlukan. Hal ini bisa ditempuh dengan
cara menghadirkan para orang tua/wali dalam seminar atau kelas orang tua/wali
dan pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan maupun
masyarakat. Ini
menjadi hal yang semakin penting terlebih di era perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang memberikan tantangan dalam pendidikan anak. Segala
informasi dapat masuk dari segala arah tanpa pandang bulu terhadap anak
sekalipun sehingga keluarga, satuan pendidikan, dan juga masyarakat harus
menjadi filter
dalam memilah informasi positif dan negatif. Orang
tua juga harus mengikuti perkembangan teknologi sehingga tidak kalah dari
anaknya agar bisa membimbing dalam pemanfaatan teknologi. Karena teknologi
mempunyai sisi positif dan negatif tergantung bagaimana cara memanfaatkannya.
Fasilitas internet dapat bermanfaat untuk mencari literatur tapi juga dapat
menjerumuskan pada konten-konten yang tidak baik seperti pornografi, sarkasme
dan intoleransi.
Titik balik dari era kekinian dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi adalah dengan memanfaatkan teknologi itu untuk sebanyak mungkin manfaat yang bisa didapat. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah selayaknya dimanfaatkan untuk mendongkrak keberhasilan pendidikan. Sinergitas antara keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat dapat ditingkatkan. Dan karena keluarga memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan pendidikan, maka pemerintah menetapkan peraturan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017 Tentang Pelibatan Keluarga Pada Penyelenggaraan Pendidikan. Pelibatan keluarga yang dimaksud adalah proses dan/atau cara keluarga untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara Satuan Pendidikan,
Keluarga, dan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan; mendorong
Penguatan Pendidikan Karakter Anak; meningkatkan kepedulian Keluarga terhadap
pendidikan Anak; membangun sinergitas antara Satuan Pendidikan, Keluarga, dan
Masyarakat; dan mewujudkan lingkungan Satuan Pendidikan yang aman, nyaman, dan
menyenangkan. Dalam
peraturan itu memberikan panduan bahwa bentuk
Pelibatan Keluarga pada Satuan Pendidikan dapat berupa :
Yang
pertama, menghadiri pertemuan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan tentu sudah pasti. Misalnya pertemuan
wali murid untuk membahas kegiatan yang menunjang pendidikan anak dan meningkatkan
komunikasi diantara orangtua/wali, pihak sekolah dan komite sekolah. Di era sekarang mungkin komunikasi dapat
ditingkatkan dengan secara daring (online)
melalui aplikasi media social (misalnya group whatsapp, line, atau BBM). Orangtua/wali dapat mengetahui
informasi terkini pendidikan anaknya dengan sangat praktis, mudah, dan efisien.
Tidak hanya pihak sekolah yang menjadi moderator dalam group ini, tetapi juga
perlu dari pihak orangtua/wali.
Baca juga: Pentingnya Membangun Komunikasi yang Efektif Orangtua-Sekolah
Baca juga: Pentingnya Membangun Komunikasi yang Efektif Orangtua-Sekolah
Yang
kedua, mengikuti kelas
orangtua/wali, ini perlu ditingkatkan. Orangtua/wali perlu mendapat pengetahuan
dan wawasan menjadi orang tua/wali yang dapat mendorong pendidikan anak melalui
seminar atau kelas orang tua. Tantangannya adalah seringkali orangtua/wali tidak
banyak waktu untuk mengikutinya secara rutin terutama bagi orangtua/wali yang
bekerja. Namun di era saat ini sudah ada kelas orangtua online yang dapat
digunakan secara gratis dan mudah. Misalnya, dapat menggunakan aplikasi Edmodo, google classroom, atau aplikasi lainnya. Guru yang ditunjuk sekolah
sebagai admin dapat memberikan materi secara online.
Yang
ketiga, menjadi narasumber dalam kegiatan di Satuan Pendidikan, perlu
ditingkatkan. Jadi perlu kadang kala orang tua/wali tampil mengisi kegiatan di
sekolah anak. Latar belakang yang berbeda-beda dari orang tua/wali dapat
menjadi bahan untuk memperluas wawasan. Untuk orangtua/wali yang tidak bisa
datang ke sekolah tetap bisa menjadi narasumber menggunakan fitur video call. Hampir semua media social
sekarang mempunyai fitur video call dengan
kualitas cukup baik. Sekolah perlu menghubungkan smartphone ke layar LCD menggunakan HDMI/USB adapter sehingga siswa dapat mendengarkan bersama-sama.
Baca juga atau unduh : Buku Saku Mendidik Anak dari Pustaka Sahabat Keluarga
Baca juga atau unduh : Buku Saku Mendidik Anak dari Pustaka Sahabat Keluarga
Yang keempat, berperan
aktif dalam kegiatan pentas kelas akhir tahun pembelajaran, ini sudah banyak dikembangkan.
Pada akhir tahun pembelajaran, ada waktu untuk kegiatan pentas kelas. Orang tua
terlibat dalam mendukung penyiapan dan juga menyaksikan pentas anak-anaknya. Misalnya,
menyanyikan lagu kebangsaan,memainkan alat music, menari, dan pertunjukkan
lainnya tergantung bakat anak. Saat pertunjukkan berlangsung, orangtua dapat
mendokumentasikannya melalui rekaman video. Selanjutnya orangtua juga bisa
menampilkan hasil video dokumentasinya pada chanel
di youtube.
Yang kelima,
berpartisipasi dalam kegiatan kokurikuler, ekstra kurikuler, dan kegiatan lain
untuk pengembangan diri Anak. Kecerdasan manusia tidak hanya dilihat dari kecerdasan
intelektual saja, tetapi juga dari kecerdasan emosional, kreativitas, dan
religius. Untuk mengasah beberapa kecerdasan ini tentu tidak terakomodasi dengan
proses pembelajaran di kelas saja. Umumnya di kelas hanya mengutamakan
pembelajaran kemampuan logis dan matematis. Padahal setiap anak dilahirkan
mempunyai potensi yang beragam sehingga harus diasah sesuai minat dan bakatnya
melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Orangtua/wali dapat berperan
dengan menfasilitasi kebutuhan anak untuk itu, baik peralatan mapun kebutuhan
lainnya.
Yang keenam, bersedia
menjadi anggota Komite Sekolah. Komite sekolah berfungsi untuk meningkatkan
mutu pelayanan pendidikan di sekolah melalui pengawasan kinerja sekolah,
serta menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik,
orangtua/wali, dan masyarakat. Jadi orangtua/wali sudah seharusnya bersedia
menjadi anggota untuk berperan sebaik mungkin.
Yang ketujuh, aktif dalam
kegiatan yang diselenggarakan oleh Komite Sekolah. Orangtua/wali
dapat menyampaikan usulan dalam lembaga mandiri ini secara terbuka, misalnya
tentang program dan kebijakan sekolah, pemenuhan fasilitas sekolah, dan
lainnya. Untuk berperan maksimal sesuai fungsinya, orangtua/wali perlu
mengetahui Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah.
![]() |
Rapat Komite dan Orang Tua Siswa SMA NEGERI 2 UNGARAN Courtesy of Mas Supri |
Kedelapan, keluarga menjadi
anggota tim pencegahan kekerasan di Satuan Pendidikan. Untuk meningkatkan
penyelenggaraan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan perlu upaya
pencegahan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan. Dalam menjalankan
fungsinya sebagai pencegahan, maka seharusnya peran proaktif sanggat
diharapkan. Misal menyaksikan ada hal yang berisiko, jangan diam, tapi laporkan
dan sampaikan kepada Komite Sekolah. Jika menemukan hal berisiko di lingkungan
juga laporkan dengan RT/ RW setempat. Jadi
pencegahan adalah upaya yang efektif untuk menghindari terjadinya kekerasan
pada anak. Dalam menjalankan fungsinya, anggota tim perlu mengetahui Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Kesembilan, keluarga berperan
aktif dalam kegiatan pencegahan pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Keluarga yang
berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak sudah seharusnya berperan aktif
memberikan pemahaman nilai-nilai agama dan pengamalan nilai luhur pancasila. Keluarga
adalah yang paling memahami fungsi pengawasan. Kapan dan dimana anak berada
termasuk celah-celah yang berisiko tentu keluargalah yang tahu. Pengawasan
orang tua terhadap anak sangat penting karena kepolisian tidak bisa masuk
hingga keluarga. Di era sekarang untuk memantau kegiatan anak dapat terbantu
oleh teknologi informasi dan komunikasi. Orangtua/wali bisa melacak keberadaan
anak melalui nomor handphone yang dihubungan dengan GPS tracker. Penggunaan CCTV di rumah yang terhubung online
ke handphone
orangtua juga dapat membantu memantau apa saja yang terjadi di rumah. Tentu
saja dengan mempertimbangkan keprivasian.
Baca juga: Drone Parenting, Pola Asuh Orangtua Milenial.
Baca juga: Drone Parenting, Pola Asuh Orangtua Milenial.
Kesepuluh, keluarga memfasilitasi dan/atau berperan dalam kegiatan
Penguatan Pendidikan Karakter Anak di Satuan Pendidikan. Akhir-akhir ini sedang
ramai bahasan tentang program penguata pendidikan karakter untuk
membentuk generasi yang cerdas berkarakter. Mengapa ada kata
"penguatan" disini? Menurut saya memang perlu karena memang melihat
karakter bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini terlihat merosot baik dari nilai
religius, mandiri, integritas, nasionalis, dan gotong royong. Penguatan
pendidikan karakter sejatinya dilakukan melalui pendidikan di satuan
pendidikan/sekolah berasas olah hati, olah rasa, olah karsa, dan olah raga.
Namun begitu, penguatan pendidikan karakter anak dapat dilakukan sejak dini
dimulai dari keluarga dan selama di sekolah. Misalnya memupuk keimanan
kepada Tuhan sebagai insan beragama dengan melaksanakan perintahNya dan
menjauhi laranganNya sejak dini. Dalam penguatan pendidikan karakter anak di satuan
pendidikan, contoh peran keluarga adalah mendukung gerakan membaca buku
non-pelajaran di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Di era yang modern ini
keluarga bisa saja memfasilitasi dengan buku bacaan maupun buku yang sudah
diunduh dari online book.
Baca juga : Kumpulan Cerita Pendek untuk Anak dari Sahabat Keluarga
Kumpulan Lagu Wajib dan Daerah dari Sahabat Keluarga.
Baca juga : Kumpulan Cerita Pendek untuk Anak dari Sahabat Keluarga
Kumpulan Lagu Wajib dan Daerah dari Sahabat Keluarga.
Demikian, tentang pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan di era kekinian. Semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya tingkat pendidikan generasi ke generasi, sudah sepantasnya pelibatan keluarga semakin banyak caranya. Banyak yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mendorong keberhasilan pendidikan anaknya. Pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan sudah menyiapkan bahan-bahannya di "sahabat keluarga" #sahabatkeluarga. Website resmi Kemendikbud itu memberikan pendidikan orang tua untuk anak-anaknya. Keluarga pun bisa berkomunikasi secara terpadu lewat pendidikan bimbel keluarga. #sahabatkeluarga
Daftar referensi:
sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
www.kemdikbud.go.id